Senin, 28 November 2011

ASKEP CANDIDIASIS

ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) CANDIDIASIS
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Kandidiasis (moniliasis) adalah suatu infeksi oleh jamur Candida, yang sebelumnya disebut Monilia. Kandidiasis oral atau sering disebut sebagai moniliasis merupakan suatu infeksi yang paling sering dijumpai dalam rongga mulut manusia, dengan prevalensi 20%-75% dijumpai pada manusia sehat tanpa gejala. Kandidiasis pada penyakit sistemik menyebabkan peningkatan angka kematian sekitar 71%-79%. Terkadang yang diserang adalah bayi dan orang dewasa yang tubuhnya lemah. Pada bayi bisa didapat dari dot, pakaian, bantal, dan sebagainya.
Kandidiasis oral merupakan salah satu penyakit pada rongga mulut berupa lesi merah dan lesi putih yang disebabkan oleh jamur jenis Candida sp, dimana Candida albican merupakan jenis jamur yang menjadi penyebab utama. Kandidiasis oral pertama sekali dikenalkan oleh Hipocrates pada tahun 377 SM, yang melaporkan adanya lesi oral yang kemungkinan disebabkan oleh genus Kandida. Terdapat 150 jenis jamur dalam famili Deutromycetes, dan tujuh diantaranya ( C.albicans, C.tropicalis, C. parapsilosi, C. krusei, C. kefyr, C. glabrata, dan C. guilliermondii ) dapat menjadi patogen, dan C. albican merupakan jamur terbanyak yang terisolasi dari tubuh manusia sebagai flora normal dan penyebab infeksi oportunistik. Terdapat sekitar 30-40% Kandida albikan pada rongga mulut orang dewasa sehat, 45% pada neonatus, 45-65% pada anak-anak sehat, 50-65% pada pasien yang memakai gigi palsu lepasan, 65-88% pada orang yang mengkonsumsi obat-obatan jangka panjang, 90% pada pasien leukemia akut yang menjalani kemoterapi, dan 95% pada pasien HIV/AIDS
Penyakit ini kemudian diteliti lagi oleh Pepy. Beliau melihat jamur itu pada moniliasis/candidiasis/sariawan pada bayi yang disebutnya oral thrush, sehingga ia menamakan jamur itu thrush fungus. Veron (1835) menghubungkan penyakit pada bayi tersebut dengan infeksi pada saat dilahirkan dengan sumber infeksi dari alat kandungan ibunya. Berg (1840) berkesimpulan bahwa alat minum yang tidak bersih dan tangan perawat yang tercemar jamur merupakan faktor penting dalam penyebarab infeksi ini. Berdasarkan bentuknya yang bulat lonjong dan berwarna putih diberikanlah nama Oidium Albicans. Nama oidium kemudian berubah menjadi monilia. Beberapa nama peneliti mencoba mempelajarinya, antara lain Wilkinson yang menghubungkannya dengan vaginatis. Akhirnya Berkhout (1923) menamakan jamur itu dalam genus candida.

1.2  Tujuan
  1. 1.      Tujuan Umum
Menjelaskan tentang konsep penyakit moniliasis/kandidiasis serta pendekatan asuhan keperawatannya.
  1. 2.      Tujuan Khusus
    1. Mengetahui definisi dari moniliasis/kandidiasis
    2. Mengetahui klasifikasi moniliasis/kandidiasis
    3. Mengetahui etiologi dari moniliasis/kandidiasis
    4. Mengetahui manifestasi klinis moniliasis/kandidiasis
    5. Mengetahui patofisiologi moniliasis/kandidiasis
    6. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada klien dengan moniliasis/kandidiasis
    7. Mengetahui penatalaksanaan serta pencegahan pada moniliasis/kandidiasis
    8. Mengetahui komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan moniliasis/kandidiasis
    9. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan moniliasis/kandidiasis

1.3  Rumusan Masalah
  1. Apakah definisi dari moniliasis/kandidiasis?
  2. Bagaimana klasifikasi moniliasis/kandidiasis?
  3. Apakah etiologi dari moniliasis/kandidiasis?
  4. Bagaimana manifestasi klinis moniliasis/kandidiasis?
  5. Bagaimana patofisiologi moniliasis/kandidiasis?
  6. Apakah pemeriksaan penunjang pada klien dengan moniliasis/kandidiasis?
  7. Bagaimana penatalaksanaan serta pencegahan pada moniliasis/kandidiasis?
    1. Apa sajakah komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan moniliasis/kandidiasis?
    2. Bagaiman asuhan keperawatan pada klien dengan moniliasis/kandidiasis?

1.4  Manfaat
Mahasiswa mampu memahami tentang penyakit moniliasis/kandidiasis serta mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan moniliasis/kandidiasis dengan pendekatan Student Centre Learning.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1    Definisi
Kandidiasis adalah suatu infeksi jamur yang disebabkan oleh candida. Candida merupakan mikroflora normal pada rongga mulut, mikroorganisme ini mencapai 40-60 % dari populasi (Silverman S, 2001).
Kandidiasis adalah infeksi atau penyakit akibat jamur Candida, khususnya C. albicans. Penyakit ini biasanya akibat debilitasi (seperti pada penekan imun dan khususnya AIDS), perubahan fisiologis, pemberian antibiotika berkepanjangan, dan hilangnya penghalang (Stedman, 2005).
Walaupun demikian jamur tersebut dapat menjadi patogen dalam kondisi tertentu atau pada orang-orang yang mempunyai penyakit-penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh sehingga menimbulkan suatu penyakit misalnya, sering ditemukan pada penderita AIDS (Farlane .M, 2002). Pada rongga mulut kandida albikans merupakan spesies yang paling sering menimbulkan penyakit. Secara klinis dapat ditemukan berbagai penampilan berupa lesi putih atau lesi eritematus (Silverman S, 2001). Pada keadaan akut kandidiasis dapat menimbulkan keluhan seperti rasa terbakar (burning sensation), rasa sakit biasanya pada lidah, mukosa bukal, atau labial dan rasa kering atau serostomia (Greenberg M. S. , 2003). Pada umumnya infeksi tersebut dapat di tanggulangi dengan menggunakan obat anti jamur baik secara topikal atau sistemik dengan mempertimbangkan kondisi atau penyakit-penyakit yang menyertainya. (Silverman S, 2001).
Kandidiasis oral atau mulut (juga dikenal sebagai sariawan) adalah infeksi jamur ragi dari genus Candida pada membran berlendir mulut. Infeksi oportunistik yang umum dari rongga mulut yang disebabkan oleh pertumbuhan jamur yang berlebihan. Sariawan pada mulut bayi disebut kandidiasis, sementara jika terjadi di mulut atau tenggorokan orang dewasa diistilahkan candidosis atau moniliasis. Kandidiasis yang sering disebut juga candidosis, trush, dan moniliasis merupakan suatu keadaan patologis yang hanya menginfeksi jaringan kulit dan mukosa. Infeksi Candida yang berat tersebut dikenal sebagai candidemia dan biasanya menyerang orang yang imunnya lemah, seperti penderita kanker, AIDS dan pasien transplantasi.
Kandidiasis oral ini memang sering terjadi pada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan, seiring dengan bertambah dewasanya bayi tersebut, penyakit ini akan makin jarang terjadi. Penyakit ini juga bukan penyakit yang serius dan beberapa sumber mengatakan bahwa penyakit ini dapat sembuh sendiri (walaupun tentu saja lebih baik diobati).

2.2    Klasifikasi
1. Thrush
Mempunyai ciri khas dimana gambarannya berupa plak putih kekuning- kuningan pada permukaan mukosa rongga mulut, dapat dihilangkan dengan cara dikerok dan akan meninggalkan jaringan yang berwarna merah atau dapat terjadi pendarahan. Plak tersebut berisi netrofil, dan sel-sel inflamasi sel epitel yang mati dan koloni atau hifa. (Greenberg M. S., 2003). Pada penderita AIDS biasanya lesi menjadi ulserasi, pada keadaan dimana terbentuk ulser, invasi kandida lebih dalam sampai ke lapisan basal (Mc Farlane 2002). Penyakit rongga mulut ini ditandai dengan lesi-lesi yang bervariasi yaitu, lunak, gumpalan berupa bongkahan putih, difus, seperti beludru yang dapat dihapus atau diangkat dan meninggalkan permukaan merah, kasar, dan berdarah, dapat berupa bercak putih dengan putih merah terutama pada bagian dalam pipi, pallatum lunak, lidah, dan gusi. Penderita penyakit ini biasanya mempunyai keluhan terasa terbakar atau kadang-kadang sakit didaerah yang terkena.
  1. Kronis hiperplastik kandidiasis
Infeksi jamur timbul pada mukosa bukal atau tepi lateral lidah dan bibir, berupa bintik-bintik putih yang tepinya menimbul tegas dengan beberapa daerah merah. Kondisi ini dapat berkembang menjadi displasia berat atau keganasan. Kandidiasis tipe ini disebut juga kandidiasis leukoplakia, lesinya berupa plak putih yang tidak dapat dikerok, gambaran ini mirip dengan leukoplakia tipe homogen. (Greenberg.2003). Karena plak tersebut tidak dapat dikerok, sehingga diagnosa harus ditentukan dengan biopsi. Keadaan ini terjadi diduga akibat invasi miselium ke lapisan yang lebih dalam pada mukosa rongga mulut, sehingga dapat berproliferasi, sebagai respon jaringan inang. (Greenberg M 2003). Kandidiasis ini paling sering diderita oleh perokok.
  1. Kronis atrofik kandidiasis
Disebut juga “denture stomatitis” atau “alergi gigi tiruan”. Mukosa palatum maupun mandibula yang tertutup basis gigi tiruan akan menjadi merah, kondisi ini dikategorikan sebagai bentuk dari infeksi Kandida. Kandidiasis ini hampir 60% diderita oleh pemakai gigi tiruan terutama pada wanita tua yang sering memakai gigi tiruan pada waktu tidur. Secara klinis kronis atrofik kandidiasis dapat dibedakan menjadi tiga tipe yaitu :
  1. Inflamasi ringan yang terlokalisir disebut juga pinpoint hiperemi, gambaran eritema difus, terlihat pada palatum yang ditutupi oleh landasan geligi tiruan baik sebagian atau seluruh permukaan palatum tersebut (15%-65%) dan hiperplasi papilar atau disebut juga tipe granular (Greenberg, 2003).
  2. Akut atrofik kandidiasis atau disebut juga antibiotik sore mouth. Secara klinis permukaan mukosa terlihat merah dan kasar, biasanya disertai gejala sakit atau rasa terbakar, rasa kecap berkurang. Kadang-kadang sakit menjalar sampai ke tenggorokan selama pengobatan atau sesudahnya kandidiasis tipe ini pada umumnya ditemukan pada penderita anemia defiensi zat besi. (Greenberg, 2003).
  3. Angular cheilitis, disebut juga perleche, terjadinya di duga berhubungan dengan denture stomatits. Selain itu faktor nutrisi memegang peranan dalam ketahanan jaringan inang, seperti defisiensi vitamin B12, asam folat dan zat besi, hal ini akan mempermudah terjadinya infeksi. Gambaran klinisnya berupa lesi agak kemerahan karena terjadi inflamsi pada sudut mulut (commisure) atau kulit sekitar mulut terlihat pecah-pecah atau berfissure. (Nolte, 1982. Greenberg, 2003).
2.3    Etiologi
Penyebab kandidiasis ini adalah jamur jenis Candida. Jamur jenis ini adalah jamur yang sangat umum terdapat di sekitar kita dan tidak berbahaya pada orang yang mempunyai imun tubuh yang kuat. Candida ini baru akan menimbulkan masalah pada orang-orang yang mempunyai daya tahan tubuh rendah, misalnya penderita AIDS, pasien yang dalam pengobatan kortikosteroid, dan tentu saja bayi yang sistem imunnya belum sempurna.
Jamur Candida ini adalah jamur yang banyak terdapat di sekitar kita, bahkan di dalam vagina ibu pun terdapat jamur Candida. Bayi bisa saja mendapatkan jamur ini dari alat-alat seperti dot dan kampong, atau bisa juga mendapatkan Candida dari vagina ibu ketika persalinan.
Selain itu, kandidiasis oral ini juga dapat terjadi akibat keadaan mulut bayi yang tidak bersih karena sisa susu yang diminum tidak dibersihkan sehingga akan menyebabkan jamur tumbuh semakin cepat.
Faktor-faktor yang merupakan presdiposisi infeksi antara lain :
  1. Diabetes
  2. Leukimia
  3. Gangguan saluran gastrointestinal yang meningkatkan terjadinya malabsorpsi dan malnutrisi.
  4. Pemakaian antibiotik
Kadang orang yang mengkonsumsi antibiotik menderita infeksi Candida karena antibiotik membunuh bakteri yang dalam keadaan normal terdapat di dalam jaringan, sehingga pertumbuhan Candida tidak terkendali.
  1. Pemakaian kortikosteroid atau terapi imunosupresan pasca pencangkokan organ. Kedua hal ini bisa menurunkan pertahanan tubuh terhadap infeksi jamur. Kortikosteroid (sejenis hormon steroid) dihirup/dihisap untuk perawatan pada paru-paru (misalnya asma) bisa berdampak pada kandidiasis mulut.

2.4  Manifestasi Klinis
Gejala yang timbul adalah adanya bercak putih pada lidah dan sekitar mulut bayi dan sering menimbulkan nyeri. Bercak putih ini sekilas tampak seperti kerak susu namun sulit dilepaskan dari mulut dan lidah bayi. Bila dipaksa dikerok, tidak mustahil justru lidah dan mulut bayi dapat berdarah.
Infeksi mulut oleh spesies candida biasanya memunculkan kumpulan lapisan kental berwarna putih atau krem pada membran mukosa (dinding mulut dalam). Pada mukosa mulut yang terinfeksi mungkin muncul radang berwarna merah, nyeri, dan terasa seperti terbakar.
Secara umum kandidiasis pada mulut bayi tidak berbahaya dan dapat sembuh sendiri (walaupun lebih baik diobati). Namun bukan berarti kandidiasis ini tidak dapat menyebabkan penyakit lain. Kandidiasis dapat menyebabkan bayi menangis saat makan dan minum (kebanyakan disebabkan karena nyeri), selain itu, bayi menjadi malas minum ASI sehingga berat badannya tak kunjung bertambah. Candida pada mulut bayi juga dapat bermigrasi ke organ lain bila ada faktor yang memperberat (misalnya pemakaian antibiotik jangka panjang).

2.5  Patofisiologi
Kandidiasis oral ini sering disebabkan oleh candida albicans, atau kadang oleh candida glabrata dan candida tropicalis. Jamur candida albicans umumnya memang terdapat di dalam rongga mulut sebagai saprofit sampai terjadi perubahan keseimbangan flora mulut atau perubahan mekanisme pertahanan lokal dan sistemik, yang menurunkan daya tahan tubuh. Baru pada keadaan ini jamur akan berproliferasi dan menyerang jaringan. Hal ini merupakan infeksi jamur rongga mulut yang paling sering ditemukan. Penyakit yang disebabkan jamur candida albicans ini yang pertumbuhannya dipelihara dibawah pengaturan keseimbangan bakteri yang normal. Tidak terkontrolnya pertumbuhan candida karena penggunaan kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama dan penggunaan obat-obatan yang menekan sistem imun serta penyakit yang menyerang sistem imun seperti Aquired Immunodeficiency Sindrome (AIDS). Namun bisa juga karena gangguan keseimbangan mikroorganisme dalam mulut yang biasanya dihubungkan dengan penggunaan antibiotik yang tidak terkontrol. Sehingga, ketika pertahanan tubuh/antibodi dalam keadaan lemah, jamur candida albicans yang dalam keadaan normal tidak memberikan reaksi apapun pada tubuh berubah tumbuh tak terkontrol dan menyerang sistem imun manusia itu sendiri yang menimbulkan penyakit disebut candidiasis oral atau moniliasis.
2.6  Pemeriksaan Penunjang
  1. Laboratorium : ditemukan adanya jamur candida albicans pada swab mukosa
  2. Pemeriksaan endoskopi : hanya diindikasikan jika tidak terdapat perbaikan dengan pemberian flukonazol.
  3. Dilakukan pengolesan lesi dengan toluidin biru 1% topikal dengan swab atau kumur.
  4. Diagnosa pasti dengan biopsi

2.7  Penatalaksanaan
Obat kumur atau dalam bentuk permen hisap diberikan kepada klien. Selain itu, pengobatan yang paling sering digunakan saat ini adalah pemakaian Nistatin drop. Nistatin ini akan diteteskan pada mulut bayi untuk mengobati kandidiasisnya. Ada juga yang menyarankan cara pemakaian yang lain, yaitu tangan ibu dicuci sampai bersih, teteskan 2 tetes ke ujung jari ibu dan oleskan ke lidah dan mulut bayi secara merata. Cara ini menjamin obat teroleskan dengan lebih merata namun harus dilakukan dengan hati-hati, jangan sampai membuat bayi muntah.

2.8  Komplikasi
Candida albicans yang bermetastase dapat menjalar ke esofagus, usus halus, usus besar dan anus. Infeksi sistemik lainnya berupa abses hati dan otak.  
2.9  Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan pada klien dengan candidiasis oral antara lain :
  1. Oral hygiene yang baik
  2. Utamakan ASI daripada susu formula karena ASI mengandung banyak immunoglobulin yang berguna bagi kekebalan tubuh bayi. Selain itu, payudara ibu juga jauh lebih terjamin kebersihannya daripada botol dot bayi
  3. Bila menggunakan susu formula sebagai tambahan ASI, pastikan kebersihan botol dan dotnya, jangan lupa untuk mencucinya dengan air panas
  4. Beri bayi minum 2-5 sendok air hangat untuk membilas mulut bayi setelah minum susu
  5. Pastikan bayi beristirahat yang cukup
  6. Berikan bayi makanan yang mengandung nutrisi yang lengkap
2.10       WOC
 DOWNLOAD : WOC CANDIDIASIS


BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus
Anak N usia 18 bulan dengan berat badan sebelum sakit 12 kg, dibawa ke rumah sakit karena panas, menangis terus, dan tidak mau minum. Dari pemeriksaan fisik didapatkan hasil di lidah , palatum, dan ovula terdapat bercak putih. Suhu badan anak tersebut 38,5oC.

3.1  Pengkajian
Anamnesa
  1. Identitas Anak
Nama                           : An. N
Umur                           : 18 bulan
Jenis kelamin               : Laki-laki
Tanggal MRS              : 15 Desember 2010
Alamat                         : Surabaya
Identitas Orang tua
Nama Ayah                 : Tn. R
Nama Ibu                    : Ny. P
Pekerjaan Ayah/Ibu     : PNS
Pendidikan Ayah/Ibu  : S.1
Agama                         : Islam
Alamat                         : Surabaya
  1. Riwayat Sakit dan Kesehatan
    1. Keluhan utama  
Anak N menangis terus (kemungkinan dikarenakan rasa nyeri di mulut  dan tubuhnya yang panas).
  1. Riwayat penyakit saat ini
Anak N menangis terus sejak kemarin, suhu tubuhnya meningkat, pada mulut terdapat bercak putih serta tidak mau minum ASI.   
  1. Riwayat Kesehatan Sebelumnya
         Anak N tidak pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya.
  1. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak keluarga yang mengalami penyakit seperti ini.
  1. Riwayat Nutrisi
Minum ASI hanya sedikit.
  1. Riwayat Pertumbuhan
BB sebelum sakit : 12 kg
BB saat sakit : 10 kg
  1. Riwayat Perkembangan
Psikoseksual : Toileting : anak lebih sering mengompol
Psikososial : Anak sering menangis dan sulit bicara
Pemeriksaan Fisik
     Tanda-tanda vital : Suhu : 38,5oC
                                    Nadi :  110x/menit
                                    RR    : 30 x/menit
                                    Tekanan darah : 99/65 mmHg
B1 (breathing) : normal
B2 (blood) : normal
B3 (brain) : normal
B4 (bladder) : normal
B5 (bowel) : Timbul rasa nyeri dan perih di sekitar mulut, anak tidak mau minum ASI.
B6 (bone) : normal
3.2  Analisa Data
Data Etiologi Masalah Keperawatan
DS : anak menangis
DO:  T : 38,5oC
Kandidasis

Proses infeksi

pelepasan medaitor inflamasi: bradikinin, histamine, dan prostatglandin

Suhu tubuh meningkat

Hipertermi
DS : anak menangis DO: timbul bercak putih pada mulut, timbul bercak kemerahan mengandung eksudat Kandidiasis

Timbul bercak putih

Menggumpal menutup permukaan lidah

Gejala semakin memberat

Timbul bercak kemerahan dan mengandung eksudat

Nyeri akut
DS: anak menangis DO: Anak tidak mau minum ASI, BB turun dari 12 kg menjadi 10 kg, porsi makan selalu tidak habis Kandidiasis

Nyeri pada mulut

Tidak nafsu makan

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

3.3  Diagnosa Keperawatan
  1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
  2. Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi yang menghasilkan bentukan berwarna merah dan mengandung eksudat
  3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan nafsu makan

3.4  Intervensi Keperawatan
  1. Diagnosa : Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
Tujuan : Suhu tubuh kembali normal
Kriteria hasil : -Anak tidak menangis
                                   -Suhu tubuh normal : 36,5-37,5oC
Intervensi Rasional
  1. Berikan kompres dingin di sekitar lipatan misalnya ketiak, lipatan paha



  1. Beri anak banyak minum air putih atau susu lebih dari 1000 cc/hari



  1. Ciptakan suasana yang nyaman (atur ventilasi)

  1. Anjurkan keluarga untuk tidak memakaikan  selimut dan pakaian yang tebal pada anak
  2. Kolaborasi : pemberian obat anti mikroba, antipiretik pemberian cairan parenteral





  1. Evaluasi tanda vital (suhu, nadi, tensi, pernafasan) setiap 3 jam

  1. Di ketiak dan lipatan paha terdapat banyak pembuluh darah besar. Hipertermi mengalami vasodilatasi sehingga harus diberi kompres dingin agar terjadi vasokonstriksi
  2. Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak.
  3. Suhu ruangan harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal
  4. Pakaian tipis membantu mengurangi penguapan tubuh

  1. Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus, meskipun demam mungkin dapat berguna dalam membatasi pertumbuhan organisme dan meningkatkan autodestruksi dari sel-sel yang terinfeksi
  2. Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan anak setelah dilakukan tindakan keperawatan

  1. Diagnosa : Nyeri akut yang berhubungan dengan proses infeksi yang menghasilkan bentukan berwarna merah dan mengandung eksudat
Tujuan : Nyeri berkurang
Kriteria hasil: Anak tidak menangis, anak tampak rileks
Intervensi Rasional
  1. Anjurkan ibu untuk menggendong dan menenangkan si anak misalnya mengelus-elus kepalanya
  2. Ajarkan teknik distraksi pada orang tua misalnya dengan memberikan anak mainan
  3. Beri analgesik sesuai indikasi

  1. Evaluasi status nyeri, catat lokasi, karakteristik, frekuensi, waktu dan beratnya (skala 0-10)






  1. Anak akan merasa nyaman dalam dekapan ibunya


  1. Mengalihkan perhatian anak terhadap nyeri

  1. Menghilangkan/mengurangi nyeri
  2. Memastikan kondisi anak setelah dilakukan tindakan keperawatan



  1. Diagnosa         : Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan penurunan nafsu makan.
Tujuan : Nafsu makan anak kembali normal
Kriteria hasil    : -Anak mau minum ASI
  -Anak tidak menangis
  -Nutrisi terpenuhi 1000 kkal
Intervensi Rasional
  1. Beri nutrisi dalam keadaan lunak, porsi sedikit tapi sering
  2. Menghindari makanan dan obat-obatan atau zat yang dapat menimbulkan reaksi alergi pada rongga mulut
  3. Anjurkan pada ibu untuk terus berusaha memberikan ASI untuk anak
  4. Kolaborasi pemasangan NGT jika anak tidak dapat makan dan minum peroral
1. Memberikan nutrisi yang adekuat
2. Mencegah kerusakan integritas pada mukosa mulut


3. ASI merupakan nutrisi untuk anak dan dapat meningkatkan sistem imun anak
4. Membantu klien untuk memenuhi nutrisi enteral


BAB 4
PENUTUP

4.1    Kesimpulan
Kandidiasis adalah infeksi atau penyakit akibat jamur Candida, khususnya C. albicans. Penyakit ini biasanya akibat debilitasi (seperti pada penekan imun dan khususnya AIDS), perubahan fisiologis, pemberian antibiotika berkepanjangan, dan hilangnya penghalang (Stedman, 2005).
Kandidiasis meliputi infeksi yang berkisar dari yang ringan seperti sariawan mulut dan vaginitis, sampai yang berpotensi mengancam kehidupan manusia. Infeksi Candida yang berat tersebut dikenal sebagai candidemia dan biasanya menyerang orang yang imunnya lemah, seperti penderita kanker, AIDS dan pasien transplantasi.
Moniliasis atau kandidiasis sering disebabkan oleh 3 hal yaitu: jamur candida albicans, keadaan hormonal (diabetes, kehamilan), dan faktor lokal (tidak adanya gigi, gigi palsu yang tidak pas).
Infeksi mulut oleh spesies candida biasanya memunculkan kumpulan lapisan kental berwarna putih atau krem pada membran mukosa (dinding mulut dalam). Pada mukosa mulut yang terinfeksi mungkin muncul radang berwarna merah). Candida albicans yang bermetastase dapat menjalar ke esofagus, usus halus, usus besar dan anus. Infeksi sistemik lainnya berupa abses hati dan otak.

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta: EGC.
Wong,Donna.2009.Buku Ajar Keperawatan Pediatrik.Jakarta : EGC.
Herawati, Erna.(2008).Kandidiasis Rongga Mulut Gambaran Klinis dan Terapinya. http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=5&ved=0CDEQFjAE&url=http%3A%2F%2Fpustaka.unpad.ac.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2009%2F05%2Fkandidiasis_rongga_mulut.pdf&rct=j&q=manifestasi%20klinis%20moniliasis%2Fkandidiasis&ei=mIIBTa7dDIWlcdq5nM0E&usg=AFQjCNF6t1M9kc6615qbfLuVhQbOk-f5gA&cad=rja diakses pada 8 Desember 2010. Pukul : 08.15 WIB.
Wibowo,Andry.(2010).Candidiasis Oral Pada Bayi. http://www.medicalera.com/index.php?option=com_myblog&show=candidiasis-oral-pada-bayi.html&Itemid=352 diakses pada : 13 Desember 2010. Pukul : 17.30 WIB.
Lovely-12.(2010).Tanda-tanda Vital Manusia. http://dunialovely.blogspot.com/2010/04/tanda-tanda-vital-manusia.html diakses pada : 20 Desember 2010. Pukul : 11.51 WIB.
Lanjout baca . . . . >>

Senin, 21 November 2011

MAKALAH ASKEP KONJUNGTIVITIS

BAB I
PENDAHULUAN
1.1              Latar  Belakang
Mata adalah organ penglihatan. Suatu struktur yang sangat khusus dan kompleks, menerima dan mengirimkan data ke korteks serebral. Mata dapat terkena berbagai kondisi diataranya bersifat primer sedang yang lain bersifat sekunder akibat kelainan pada system organ tubuh lain. Kebanyakan kondisi tersebut dapat dicegah bila terdeteksi awal, dapat dikontrol dan penglihatan dapat dipertahankan.
Infeksi adalah invasi dan pembiakan mikroorganisme pada jaringan tubuh, local akibat kompetisi metabolism, toksin, replikasi intraseluler/respon antigen antibody. Inflamasi dan infeksi dapat terjadi pada beberapa struktur mata dan terhitung lebih dari setengah kelainan mata. Kelainan-kelainan umum yang terjadi pada mata orang dewasa meliputi :
1.      Radang/inflamasi pada kelopak mata, konjungtiva, kornea, koroid, badan ciriary dan iris.
2.      Katarak, kekeruhan lensa.
3.      Glaucoma, peningkatan tekanan dalam bola mata (IOP).
4.      Retina robek/lepas.
Tetapi sebagian orang mengira penyakit radang mata/mata merah hanya penyakit biasa cukup diberi tetes mata biasa sudah cukup. Padahal bila penyakit radang mata tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi seperti glaucoma, katarak, maupun ablasi retina.
1.2       Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dapat membuat rumusan masalah yaitu sebagai berikut :
1.         Apa Pengertian dari Konjungtivitis?
2.         Apa Etiologi dari Konjungtivitis?
3.         Bagaimanakah patofisiologis pada Konjungtivitis?
4.         Apa saja manifestasi klinis dari Konjungtivitis?
5.         Apa saja klasifikiasi dari Konjungtivitis?
6.         Apakah pemeriksaan penunjang dari Konjungtivitis?
7.         Bagaimna penatalaksanaanya?
8.         Bagaimana komplikai Konjungtivitis?
9.         Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Konjungtivitis?
1.3    Tujuan
Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas Sistem Persepsi Sensori yang berjudul ”Konjungtivitis”.  Tujuan umum penyusunan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan kita tentang penyakit Konjungtivitis. Sehingga diharapkan kita semua terhindar dari hal tersebut dan tidak melakukan hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya Konjungtivitis.
1.4       Sistematika Penulisan
Penulisan makalah ini di awali dengan kata pengantar, daftar isi,  BAB I pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan penulisan, rumusan masalah, sistematika penulisan, BAB II pembahasan tentang konjungtivitis yang berisi tentang definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, klasifikasi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, dan asuhan keperawatan dari Konjungtivitis, BAB III penutup yang berisi kesimpulan, saran, dan di akhiri dengan daftar pustaka.










BABA II
PEMBAHASAN
2.1       Definisi
Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan dan eksudat. Pada konjungtivitis mata tampak merah, sehingga sering disebut mata merah. (Suzzane, 2001:1991)
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva atau mata merah atau pink eye. (Elizabeth, Corwin: 2001)
Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva (lapisan luar mata dan lapisan dalam kelopak mata) yang disebabkan oleh mikroorganisme (virus, bakteri, jamur), alergi, dan iritasi bahan-bahan kimia. (Mansjoer, Arif dkk: 2001)
2.2       Etiologi
            Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai hal dan dapat bersifat infeksius seperti :
-          Bakteri
-          Klamidia
-          Virus
-          Jamur
-          Parasit (oleh bahan iritatif => kimia, suhu, radiasi) maupun imunologi (pada reaksi alergi).
Kebanyakan konjungtivitis bersifat bilateral. Bila hanya unilateral, penyebabnya adalah toksik atau kimia. Organism penyebab tersering adalah stafilokokus, streptokokus, pneumokokus, dan hemofilius. Adanya infeksi atau virus. Juga dapat disebabkan oleh butir-butir debu dan serbuk sari, kontak langsung dengan kosmetika yang mengandung klorin, atau benda asing yang masuk kedalam mata.
2.3       Patofisiologi
            Konjungtiva selalu berhubungan dengan dunia luar sehingga kemungkinan terinfeksi dengan mikroorganisme sangat besar. Apabila ada mikroorganisme yang dapat menembus pertahanan konjungtiva berupa tear film yang juga berfungsi untuk mmelarutkan kotoran-kotoran dan bahan-bahan toksik melalui meatus nasi inferior maka dapat terjadi konjungtivitas.
            Konjungtivitis merupakan penyakit mata eksternal yang diderita oleh masyarakat, ada yang bersifat akut atau kronis. Gejala yang muncul tergantung dari factor penyebab konjungtivitis dan factor berat ringannya penyakit yang diderita oleh pasien. Pada konjungtivitis yang akut dan ringan akan sembuh sendiri dalam waktu 2 minggu tanpa pengobatan. Namun ada juga yang berlanjut menjadi kronis, dan bila tidak mendapat penanganan yang adekuat akan menimbulkan kerusakan pada kornea mata atau komplikasi lain yang sifatnya local atau sistemik.
            Konjungtiva karena lokasinya terpapar pada banyak mikroorganisme dan factor lingkungan lain yang mengganggu. Beberapa mekanisme melindungi permukaan mata dari substansi luar. Pada film air mata, unsure berairnya mengencerkan materi infeksi, mucus menangkap debris dan kerja memompa dari pelpebra secara tetap menghanyutkan air mata ke duktus air mata dan air mata mengandung substansi antimikroba termasul lisozim. Adanya agen perusak, menyebabkan cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti edema epitel, kematian sel dan eksfoliasi, hipertrofi epitel atau granuloma. Mungkin pula terdapat edema pada stroma konjungtiva (kemosis) dan hipertrofi lapis limfoid stroma (pembentukan folikel). Sel-sel radang bermigrasi dari stroma konjungtiva melalui epitel kepermukaan. Sel-sel kemudian bergabung dengan fibrin dan mucus dari sel goblet, embentuk eksudat konjungtiva yang menyebabkan perlengketan tepian palpebra saat bangun tidur.
            Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi pembuluh-pembuluh konjungtiva posterior, menyebabkan hoperemi yang tampak paling nyata pada forniks dan mengurang kearah limbus. Pada hiperemi konjungtiva ini biasanya didapatkan pembengkakan dan hipertrofi papilla yang sering disertai sensasi benda asing dan sensasi tergores, panas, atau gatal. Sensai ini merangsang sekresi air mata. Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh darah yang hyperemia dan menambah jumlah air mata. Jika klien mengeluh sakit pada iris atau badan siliare berarti kornea terkena.

2.4       Klasifikasi
a.                  Konjungtivitis Alergi
Konjungtivitis alergi adalah salah satu dari penyakit mata eksternal yang paling sering terjadi. Bentuk konjungtivitis ini mungkin musiman atau musim-musim tertentu saja dan biasanya ada hubungannya dengan kesensitifan dengan serbuk sari, protein hewani, bulu-bulu, debu, bahan makanan tertentu, gigitan serangga, obat-obatan. Konjungtivitis alergi mungkin juga dapat terjadi setelah kontak dengan bahan kimia beracun seperti hair spray, make up, asap, atau asap rokok. Asthma, gatal-gatal karena alergi tanaman dan eksim, juga berhubungan dengan alergi konjungtivitis.
b.      Konjungtivitis Bakteri
Konjungtivitis bakteri disebut juga “Pink Eye”. Bentuk ini adalah konjungtivitis yang mudah ditularkan, yang biasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus. Mungkin juga terjadi setelah sembuh dari haemophylus influenza atau neiseria gonorhe.
c.       Konjungtivitis Bakteri Hiperakut
Neisseria gonnorrhoeae dapat menyebabkan konjungtivitis bakteri hiperakut yang berat dan mengancam penglihatan.
d.      Konjungtivitis Viral
jenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human adenovirus (yang paling sering adalah keratokonjungtivitis epidermika) atau dari penyakit virus sistemik seperti mumps dan mononukleus. Biasanya disertai dengan pembentukan folikel sehingga disebut juga konjungtivitis folikularis. Mata yang lain biasanya tertular dalam 24-48 jam.
e.       Konjungtivitis Blenore
Konjungtivitis purulen (bernanah pada bayi dan konjungtivitis gonore). Blenore neonatorum merupakan konjungtivitis yang terdapat pada bayi yang baru lahir.



2.5       Manifestasi Klinis
            Gejala subjektif meliputi rasa gatal, kasr ( ngeres/tercakar ) atau terasa ada benda asing. Penyebab keluhan ini adalah edema konjungtiva, terbentuknya hipertrofi papilaris, dan folikel yang mengakibatkan perasaan adanya benda asing didalam mata. Gejala objektif meliputi hyperemia konjungtiva, epifora (keluar air mata berlebihan), pseudoptosis (kelopak mata atas seperti akan menutup), tampak semacam membrane atau pseudomembran akibat koagulasi fibrin.
            Adapun smanifestasi sesuai klasifikasinya adalah sebagai berikut:
1.    Konjungtivitis Alergi
-          Edea berat sampai ringan pada konjungtivitas
-          Rasa seperti terbakar
-          Injekstion vaskuler pada konjungtivitas
-          Air mata sering keluar sendiri
-          Gatal-gatal adalah bentuk konjungtivitas yang paling berat
2.    Konjungtivitis Bakteri
-          Pelebaran pembuluh darah
-          Edema konjungtiva sedang
-          Air mata keluar terus
-          Adanya secret atau kotoran pada mata
-          Kerusakan kecil pada epitel kornea mungkin ditemukan
3.    Konjungtivitis Viral
-          Fotofobia
-          Rasa seperti ada benda asing didalam mata
-          Keluar air mata banyak
-          Nyeri prorbital
-          Apabila kornea terinfeksi bisa timbul kekeruhan pada kornea
-          Kemerahan konjungtiva
-          Ditemukan sedikit eksudat
4.    Konjungtivitis Bakteri hiperakut
-          Infeksi mata menunjukkan secret purulen yang massif
-          Mata merah
-          Iritasi
-          Nyeri palpasi
-          Biasanya terdapat kemosis
-          Mata bengkak dan adenopati preaurikuler yang nyeri
5.    Konjungtivitis Blenore
Tanda-tanda blenore adalah sebagai berikut:
-          Ditularkan dari ibu yang menderita penyakit GO
-          Menyebabkan penyebab utama oftalmia neinatorm
-          Memberikan secret purulen padat secret yang kental
-          Terlihat setelah lahir atau masa inkubasi antara 12 jam hingga 5 hari
-          Perdarahan subkonjungtita dan kemotik

2.6       Pemeriksaan Penunjang
a)      Pemeriksaan Mata
·         Pemeriksaan tajam penglihatan
·         Pemeriksaan dengan uji konfrontasi, kampimeter dan perimeter (sebagai alat pemeriksaan pandangan).
·         Pemeriksaan dengan melakukan uji fluoresein (untuk melihat adanya efek epitel kornea).
·         Pemeriksaan dengan melakukan uji festel (untuk mengetahui letak adanya kebocoran kornea).
·         Pemeriksaan oftalmoskop
·         Pemeriksaan dengan slitlamp dan loupe dengan sentolop (untuk melihat benda menjadi lebih besar disbanding ukuran normalnya).
b)     Therapy Medik
·         Antibiotic topical, obat tetes steroid untuk alergi (kontra indikasi pada herpes simplek virus).
c)      Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan tersebut dibuat sediaan yang dicat dengan pegecatan gram atau giemsa dapat dijumpai sel-sel radang polimorfonuklear. Pada konjungtivitis yang disebabkan alergi pada pengecatan dengan giemsa akan didapatkan sel-sel eosinofil.        
2.7       Pentalaksanaan
Secara umum pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan sulfonamide (sulfacetamide 15%) atau antibiotic (gentamycin 0,3%), chloramphenicol 0,5%. Konjungtivitis akibat alergi dapat diobati dengan antihistamin (antazoline 0,5%, naphazoline 0,05%) atau dengan kortikosteroid (dexamentosone 0,1%). Umumnya konjungtivitis dapat sembuhmtanpa pengobatan dalam waktu 10-14 hari, dan dengan pengobatan, sembuh dalam waktu 1-3 hari.
Adapun penatalaksanaan konjungtivitis sesuai dengan klasifikasinya adalah sebagai berikut:
1.      Konjungtivitis Bakteri
Sebelum terdapat hasil pemeriksaan mikrobiologi, dapat diberikan antibiotic tunggal, seperti gentamisin, kloramfenikol, folimiksin selama 3-5 hari. kemudian bila tidak memberikan hasil yang baik, dihentikan dan menunggu hasil pemeriksaan. Bila tidak ditemukan kuman dalam sediaan langsung, diberikan tetes mata disertai antibiotic spectrum obat salep luas tiap jam mata untuk tidur atau salep mata 4-5 kali sehari.
2.      Konjungtivitis Bakteri Hiperakut
·      Pasien biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit untuk terapi topical dan sistemik. Secret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air bersih atau dengan garam fisiologik setiap ¼ jam.
·      Kemudian diberi salep penisilin setiap ¼ jam.
Pengobatan biasanya dengan perawatan di rumah sakit dan terisolasi, medika menstosa :
·         Penisilin tetes mata dapat diberikan dalam bentuk larutan penisilin G 10.000-20.000/ml setiap 1 menit sampai 30 menit.
·         Kemudian salep diberikan setiap 5 menit selama 30 menit. Disusul pemberiansalep penisilin setiap 1 jam selama 3 hari.
·         Antibiotika sistemik diberikan sesuai dengan pengobatan gonokokus.
·         Pengobatan diberhentikan bila pada pemeriksaan mikroskopik yang dibuat setiap hari menghasilkan 3 kali berturut-turut negative.
3.      Konjungtivitis Alergi
Penatalaksanaan keperawatan berupa kompres dingin dan menghindarkan penyebab pencetus penyakit. Dokter biasanya memberikan obat antihistamin atau bahan vasokonstkiktor dan pemberian astringen, sodium kromolin, steroid topical dosis rendah. Rasa sakit dapat dikurangi dengan membuang kerak-kerak dikelopak mata dengan mengusap pelan-pelan dengan salin (gram fisiologi). Pemakaian pelindung seluloid pada mata yang sakit tidak dianjurkan karena akan memberikan lingkungan yang baik bagi mikroorganisme.
4.      Konjungtivitis Viral
Beberapa pasien mengalami perbaikan gejala setelah pemberian antihistamin/dekongestan topical. Kompres hangat atau dingin dapat membantu memperbaiki gejala.
5.      Penatalaksanaan pada konjungtivitis blenore berupa pemberian penisilin topical mata dibersihkan dari secret. Pencegahan merupakan cara yang lebih aman yaitu dengan membersihkan mata bayi segera setelah lahir dengan memberikan salep kloramfenikol. Pengobatan dokter biasnay disesuaikan dengan diagnosis. Pengobatan konjungtivitis blenore :
·         Penisilin topical tetes atau salep sesering mungkin. Tetes ini dapat diberikan setiap setengah jam pada 6 jam pertama disusul dengan setiap jam sampai terlihat tanda-tanda perbaikan.
·         Suntikan pada bayi diberikan 50.000 U/KgBB selama 7 hari, karena bila tidak maka pemberian obat tidak akan efektif.
·         Kadang-kadang perlu diberikan bersama-sama dengan tetrasiklin infeksi chlamdya yang banyak terjadi.




2.8       Komplikasi
                                    Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa  menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi. Beberapa komplikasi dari konjungtivitis yang tidak tertangani  diantaranya:
1.      Glaucoma
2.       Katarak
3.      Ablasi retina
4.       Komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala penyulit dari blefaritis seperti ekstropin, trikiasis .
5.      Komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea.
6.       Komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea adalah bila sembuh akan meninggalkan jaringan perut yang tebal di kornea yang dapat mengganggu penglihatan, lama- kelamaan orang bisa menjadi buta.
7.      Komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik  dapat mengganggu penglihatan.












BAB III
PEMBAHASAN KASUS
KASUS PEMICU KONJUNGTIVITIS
Tn. K umur 30 tahun dating ke poli penyakit mata RS. Raden Mattaher Jambi dengan keluhan sudah 3 hari kelopak matanya bengakak, mata merah dan gatal-gatal klien mengatakan sudah diberikan obat tetes mata tapi belum sembuh juga. Klien juga mengatakan rasa malu karena harus tetap bekerja sementara rekan-rekannya  khawatir akan tertular penyakitnya.
PENGKAJIAN
1.      Riwayat keperawatan
a.       Riwayat Perjalanan penyakit
[   Keluhan utama klien datang ke RS atau pelayanan kesehatan
[   Apa penyebabnya, kapan terjadinya iritasi atau trauma
[   Bagaimana dirasakan, kelopak matanya bengkak, mata merah dan gatal-gatal
[   Kehilangan kepercayaan diri pada klien
b.      Riwayat pengobatan sebelumnya
[  Apakan klien pernah mendapatkan pengobatan jenis antibiotic sistemik atau topikal
[  Berapa lama klien mendapatkan pengobatan tersebut
[  Kapan klien mendapatkan pengobatan terakhir
c.       Proses pertolongan pertama yang dilakukan
[  Klien sudah memberian obat tetes mata
[  Klien diberi instruksi untuk tidak menggosok mata yang sakit dan kemudian menyentuh mata yang sehat
2.      Pemeriksaan fisik
a.       Mengidentifikasi tipe konjungtivitis
b.      Penglihatan perifer matanya bengkak, mata merah, dan gatal-gatal
c.       Kenyamanan
[  Klien merasa malu dengan penyakitnya
[  Klien khawatir rekan-rekannya akan tertular oleh penyakitnya

DATA YANG RELEVAN (ANALISA DATA)
NO
DATA
ETIOLOGI
MASALAH KEPERAAWATAN
1
DS :
- Klien mengeluh sudah 3 hari kelopak matanya bengkak, mata merah dan gatal-gatal

DO: -

Edema dan iritasi konjungtiva
Gangguan persepsi sensori
2
DS :
- Klien mengatakan malu dengan penyakitnya

DO: -
Adanya perubahan pada kelopak mata
Gangguan konsep diri (body image menurun)
3
DS :
 - Klien khawatir rekan-rekannya akan tertular dengan penyakitnya

DO: -
Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya
Ansietas
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Gangguan persepsi sensori b.d edema dan iritasi konjungtiva d.d klien mengeluh sudah 3 hari mata bengkak, mata merah dan gatal-gatal.
2.      Gangguan konsep diri (body image menurun) b.d adanya perubahan pada kelopak mata d.d klien mengatakan malu dengan penyakitnya.
3.      Ansietas b.d kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya d.d klien khawatir reken-rekannya akan tertular dengan penyakitnya.

NCP (NURSING CARE PLANING)
NO
DIAGNOSA
TUJUAN
INTERVENSI
RASIONAL
1
DIAGNOSA 1
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam:
Gangguan persepsi sensori teratasi
KH:
·         Klien tidak mengeluh matanya bengkak, mata tidak merah, dan tidak gatal-gatal.
Mandiri
1.    Kompres tepi palpebra (mata dalam keadaan tertutup) dengan larutan salin selama kurang lebih 3 menit.


2.    Usap eksudat secara perlahan dengan kapas yang sudah dibasahi salin dan setiap pengusap hanya dipakai satu kali.
3.    Beritahu klien agar tidak menutup mata yang sakit.


4.    Anjurkan klien menggunakan kacamata gelap.











5.    Anjurkan pada klien wanita dengan konjungtivitis alergi agar menghindari atau engurangi penggunaan tat arias hingga semua gejala konjungtivitis hilang.

6.    Kaji kemampuan klien menggunakan obat mata dan ajarkan klien cara menggunakan obat mata dan ajarkan klien cara menggunakan obat tetes mata atau salep mata.

Kolaborasi
7.    Kolaborasi dalam pemberian:
-   Antibiotic





-   Analgesic ringan seperti asetaminofen.


-   Vasokonstriktor seperti nafazolin.
Mandiri
1.       Melepaskan eksudat yang lengket pada tepi palpebra.




2.       Membersihkan palpebra dari eksudat tanpa menimbulkan nyeri dan meminimalkan penyebaran mikroorganisme.
3.       Mata yang tertutup merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme.

4.       Pada klien fotobia, kacamata gelap dapat menurunkan cahaya yang masuk pada mata sehingga sensitivitas terhadap cahaya menurun. Pada konjungtivitis alergi, kacamata dapat mengurangi ekspose terhadap allergen atau mencegah orotasi lingkungan.


5.       Mengurangi ekspose allergen atau iritan.







6.       Mengurangi risiko kesalahan penggunaan obat mata.








Kolaborasi
7.   Dapat berguna:
-       Mempercepat penyembuhan pada konjungtivitis infeksif dan mencegah infeksi sekunder pada konjungtivitis viral.

-       Engurangi nyeri seperti nyeri perorbital pada konjungtivitis viral.

-       Mengurangi dilatasi pembuluh darah pada konjungtivitis alergi.
2
DIAGNOSA 2
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam:
Gangguan konsep diri teratasi.
KH :
·         Klien tidak malu lagi dengan penyakitnya.
Mandiri
1.     Kaji tingkat penerimaan klien.



2.     Ajak klien mendiskusikan keadaan atau perasaan yang dialaminya.

3.     Catat jika ada tingkah laku yang menyimpang.




4.     Jelaskan perubahan yang terjadi berhubungan dengan penyakit yang dialami.

5.     Berikan kesempatan klien untuk menentukan keputusan tindakan yang dilakukan.
Mandiri
1.    Untuk mengetahui tingkat ansietas yang dialami oleh klien mengenai perubahan dari dirinya.

2.    Membantu pasien atau orang terdekat untuk memulai menerima perubahan.

3.    Kecermatan akan memberikan pilihan intervensi yang sesuai pada waktu individu menghadapi rasa duka dalam berbagai cara yang berbeda.
4.    Memberikan penjelasan tentang penyakit yang dialami kepada pasien/orang terdekat sehingga ansietas dapat berkurang.
5.    Menyediakan, menegaskan kesanggupan dan meningkatkan kepercayaan pada klien.
3
DIAGNOSA 3
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24  jam: ansietas teratasi.
KH:
·         Klien tidak khawatir rekan-rekannya akan tertular penyakitnya.
-       Mandiri
1.     Kaji tingkat ansietas atau kecemasan.


2.     Beri penjelasan tentang proses penyakitnya.

3.     Beri dukungan moril berupa doa terhadap pasien.


4.     Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan.

5.     Identifikasi sumber atau orang yang menolong.
-     Mandiri
1.      Bermanfaat dalam penentuan intervensi yang tepat sesuai dengan kebutuhan klien.
2.      Meningkatkan pemahaman klien tentang proses penyakitnya.

3.      Memberikan perasaan tenang kepada klien.


4.      Memberikan kesempatan untuk pasien menerima situasi yang nyata, mengklarifikasikan kesalahpahaman dan pemecahan masalah.
5.      Memberi penelitian bahwa pasien tidak sendiri dalam menghadapi masalah.

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
NO
IMPLEMENTASI
EVALUASI
1
Mandiri
1.      Mengompres tepi palpebra (mata dalam keadaan tertutup) dengan larutan salin selama kurang lebih 3 menit.
2.      Mengusap  eksudat secara perlahan dengan kapas yang sudah dibasahi salin dan setiap pengusap hanya dipakai satu kali.
3.    Memberitahu  klien agar tidak menutup mata yang sakit.
4.      Menganjurkan  klien menggunakan kacamata gelap.
5.      Menganjurkan pada klien wanita dengan konjungtivitis alergi agar menghindari atau engurangi penggunaan tat arias hingga semua gejala konjungtivitis hilang.
6.      Mengkaji  kemampuan klien menggunakan obat mata dan ajarkan klien cara menggunakan obat mata dan ajarkan klien cara menggunakan obat tetes mata atau salep mata.
Kolaborasi
7.      Kolaborasi dalam pemberian:
-   Antibiotic
-   Analgesic ringan seperti asetaminofen.
-   Vasokonstriktor seperti nafazolin.


S   : klien tidak mengeluh matanya bengkak, mata tidak merah dan tidak gatal-gatal.
O  : -
A  :
·         Gangguan persepsi sensori teratasi.
P  :
·         Intervensi dihentikan.

2
Mandiri
1.    Mengkaji  tingkat penerimaan klien.

2.     Mengajak klien mendiskusikan keadaan atau perasaan yang dialaminya.

3.     Mencatat  jika ada tingkah laku yang menyimpang.

4.     Menjelaskan  perubahan yang terjadi berhubungan dengan   penyakit yang dialami.

5.     Memberikan  kesempatan klien untuk menentukan keputusan tindakan yang dilakukan.
S  : Klien mengatakan tidak malu lagi dengan penyakitnya.
O  : -
A  :
·         Gangguan konsep diri teratasi.
P  :
·         Intervensi dihentikan.
3
-       Mandiri
1.         Mengkaji tingkat ansietas atau kecemasan.

2.         Member  penjelasan tentang proses penyakitnya.


3.         Member  dukungan moril berupa doa terhadap pasien.

4.         Mendorong  pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan.


5.         Mengidentifikasi  sumber atau orang yang menolong.
S  : klien tidak khawatir lagi rekan-rekannya akan tertular penyakitnya.
O  : -
A  :
·         Risiko Perubahan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Teratasi.ansietas teratasi.
P  : Intervensi dihentikan.


BAB IV
PENUTUP
1.1              Kesimpulan
Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan dan eksudat. Pada konjungtivitis mata tampak merah, sehingga sering disebut mata merah. (Suzzane, 2001:1991)
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai hal dan dapat bersifat infeksius seperti:
-          Bakteri
-          Klamidia
-          Virus
-          Jamur
-          Parasit (oleh bahan iritatif => kimia, suhu, radiasi) maupun imunologi (pada reaksi alergi).
Gejala subjektif meliputi rasa gatal, kasr ( ngeres/tercakar ) atau terasa ada benda asing. Penyebab keluhan ini adalah edema konjungtiva, terbentuknya hipertrofi papilaris, dan folikel yang mengakibatkan perasaan adanya benda asing didalam mata. Gejala objektif meliputi hyperemia konjungtiva, epifora (keluar air mata berlebihan), pseudoptosis (kelopak mata atas seperti akan menutup), tampak semacam membrane atau pseudomembran akibat koagulasi fibrin.

1.2              Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.



DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzzane C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Tamsuri, Anas. 2010. Buku Ajar Klien Gangguan Mata dan Penglihatan. Jakarta : EGC
Ilyas, Sidarta dkk. 2002. Ilmu Penyakit Mata Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia. Jakarta : CV. Sagung Seto
Capernito-Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC .
Marrilyn, Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Ed. III. Jakarta: Media Aeuscualpius.
http://pary08.wordpress.com/2011/01/03/askep-kojungtivitis/




Lanjout baca . . . . >>