Senin, 20 Juni 2011

PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH

PROSEDUR PEMERIKSAAN CONTOH DARAH Pengertian : Pemeriksaan penggolongan darah ABO dan Rhesus D dilakukan secara bersamaan terhadap contoh darah untuk persiapan penyediaan darah yang dibutuhkan. Tujuan : Melakukan pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus D terhadap contoh darah Prosedur : I. PERSIAPAN Contoh darah penderita harus berupa darah beku yang berumur kurang dari 48 jam. 1.1 Tetapkan golongan darah ABO dan Rhesus (D) penderita. 1.2 Tentukan golongan darah ABO dan Rhesus donor. Bagi penderita Rh negative harus dicarikan darah donor Rh negative. 1.3 Bila golongan darah ABO dan Rh (D) penderita sama dengan donor, lakukan reaksi silang. 1.4 Reaksi silang mayor dan minor harus dilakukan lengkap dalam 3 fase: Fase I : Fase suhu kamar (langsung diputar) Fase II : Fase Inkubasi 37°C Fase III : Fase Antiglobulin (Pemeriksaan Coombs). 1.1 Contoh darah penderita harus berupa darah beku yang berumur kurang dari 48 jam. Tetapkan golongan darah ABO dan Rhesus (D) penderita. 1.2 Tentukan golongan darah ABO dan Rhesus donor. Bagi penderita Rh negative harus dicarikan darah donor Rh negative. 1.3 Bila golongan darah ABO dan Rh (D) penderita sama dengan donor, lakukan reaksi silang. 1.4 Reaksi silang mayor dan minor harus dilakukan lengkap dalam 3 fase: Fase I : Fase suhu kamar (langsung diputar) Fase II : Fase Inkubasi 37°C Fase III : Fase Antiglobulin (Pemeriksaan Coombs). II. BAHAN 2.1 Bovin Albumin 22% 2.2 Serum Coombs 2.3 Sel Uji Coombs 2.4 Saline (NaCl 0,9%) 2.5 Contoh darah penderita 2.6 Contoh darah donor III. ALAT ALAT 3.1 Tab reaksi gelas ukuran 10 x 75 mm atau 12 x 75 mm 3.2 Rak tabung 3.3 Pipet Pasteur 3.4 Kaca objek 3.5 Penangas air / Inkubator 3.6 Sentrifus 3.7 Mikroskop 3.8 Pengukur waktu (timer) IV. PENGGOLONGAN ABO DAN Rh D Untuk penggolongan ABO, teknik larutan saline pada...
Lanjout baca . . . . >>

ASKEP FRAKTUR FEMUR

FRAKTUR FEMUR Ridho Irwanto PENDAHULUAN Batang femur dapat mengalami fraktur oleh trauma langsung, puntiran (twisting), atau pukulan pada bagian depan lutut yang berada dalam posisi fleksi pada kecelakaan jalan raya. Femur merupakan tulang terbesar dalam tubuh dan batang femur pada orang dewasa sangat kuat. Dengan demikian, trauma langsung yang keras, seperti yang dapat dialami pada kecelakaan automobil, diperlukan untuk menimbulkan fraktur batang femur. Perdarahan interna yang masif dapat menimbulkan renjatan berat. Penatalaksanaan fraktur ini mengalami banyak perubahan dalam waktu 10 tahun terakhir ini. Traksi dan spica casting atau cast bracing, meskipun merupakan penatalaksanaan non-invasif pilihan untuk anak-anak, mempunyai kerugian dalam hal me-merlukan masa berbaring dan rehabilitasi yang lama; oleh karena itu, penatalaksanaan ini tidak banyak digunakan pada orang dewasa. Prinsip penanganan untuk patah tulang adalah mengembalikan posisi patahan tulang ke posisi semula (reposisi) dan mempertahankan posisi itu selama masa penyembuhan patah tulang (imobilisasi). Cara imobilisasi dengan pin, sekrup, pelat atau alat lain (osteosintesis) merupakan langkah yang ditempuh bila cara non operatif seperti reposisi, gips, traksi dan manipulasi lainnya dirasa kurang memuaskan. Perlu diketahui, bahwa tidak semua dislokasi (posisi tulang yang bergeser dari tempat seharusnya) memerlukan reposisi untuk mencapai keadaan seperti sebelumnya karena tulang pun mempunyai mekanisme sendiri untuk menyesuaikan bentuknya agar kembali seperti bentuk semula (remodelling/swapugar). Cara osteosintesis yang lazim digunakan adalah cara menurut Arbeisgemeinschaft für Osteosynthesefrage/AO yang mulai dikenal sekitar tahun 60an di Swiss, yang membuat luka patah tulang dapat sembuh tanpa pembentukan jaringan ikat dengan menggunakan fiksasi kuat bertekanan tinggi. Keuntungan dengan metode ini adalah gerakan dapat dimulai segera walaupun setelah setengah...
Lanjout baca . . . . >>